Jumat, 03 Februari 2012

Avocado Float



Masih dia yang sama dengan yang seminggu yang lalu duduk disana. Di meja nomor empat dekat jendela. Setiap hari pukul lima sore dia datang, hanya memesan Avocado Float. Sesaat kemudian ia pasti mengeluarkan rokok dan koreknya. Sebenarnya aneh, kenapa ia tidak memesan kopi atau capuccino sebagai temannya menyesap rokok. Avocado Float ini terlalu manis untuk disandingkan dengan lintingan tembakau dan asbak itu. Pengalamanku menjadi pemilik cafe ini selama dua tahun, sangat jarang laki-laki memesan Avocado Float.

Jam tujuh malam ia membayar bill dan berlalu keluar. Terus seperti itu sampai hari ini. Kali ini aku yang akan mencoba membawakan menu untuknya. Tanpa membaca menu, ia berkata dengan suara berat yang lirih, "Satu Avocado Float". Merasa begitu penasaran, aku berbohong untuk mengetahui reaksinya. "Maaf Mas, alpukatnya habis. Mungkin ada alternatif menu lain?". Ia diam sejenak kemudian berlalu. Aku hanya bengong melihat punggungnya menjauh. Aneh.

Beberapa saat kemudian ia kembali membawa sekantong plastik lalu menuju padaku yang ada di meja kasir. "Ini alpukat. Tolong buatkan Avocado Float untukku". Begitu herannya aku sampai ia menunggu begitu lama agar aku mengambil kantong plastik itu. "Baik", kataku. Tidak lama kemudian aku antarkan Avocado Float ke mejanya. Keesokan harinya ia tidak datang. Esoknya juga, esok lagi, sampai dua bulan kemudian.

Seorang laki-laki datang dan duduk di meja nomor empat dekat jendela. Wajahnya ceria, bibirnya merona untuk ukuran laki-laki dewasa yang mungkin tidak merokok, dan ia selalu membawa ipod nya. Aku menghampirinya sambil membawa menu. Belum sempat aku menyerahkan daftar menu, ia tersenyum ramah padaku dan berkata, "Miss, black coffee please". 


3 komentar:

  1. jangan mengujinya..
    atau kau akan kehilangan lelaki avocado floatmu yang akan kau rindukan..
    mungkin akan ada lelaki black coffe, tapi dia bukan si avocado float yg membuatmu penasaran :P

    BalasHapus