The Apathetic

Sekarang-sekarang ini, mereka lagi ngetrend banget. Setara sama DEMI TUUU-HAAAAAN nya arya wiguna. Hampir sama juga kayak ngetrend nya UN yang serentak tahun ini, tapi nggak serentak hari, jam, dan menitnya. Tapi masih serentak kaaan tahun ini.

Oke, fokus. Jangan mentahin pemerintah mulu.
Jadi malam ini, saya lagi di jalan menuju pulang. Sebelumnya mampir di apotik buat beli obat. Iyalah beli obat, masa beli elpiji. Kemudian waktu mau pulang, ada mobil mogok di tengah jalan. Tahu sendiri daerah Dinoyo lumayan crowded jam segitu. Yang warga Malang tahu deh pasti. Dan mogoknya di tengah jalan. Otomatis kendaraan di belakangnya pada "tiiiiiin..tiiiiinnn" tanpa perasaan. Nah, itu ciri pertama the apathetic. Orang lagi bingung bukannya ditolongin malah dibikin panik.

Terus ada ibu-ibu turun dari kursi penumpang depan. Yang saya kaget, ibu itu langsung dorong mobil. Sementara suaminya (sotoy, bisa aja itu masnya, pakdenya, bapaknya, tetangganya, atau masnya pakdenya tetangganya) stay di bangku supir buat stater. Yang saya lebih kaget lagi, sebejibun nya orang di sekitaran situ, diam di tempat. Ngelihatin. Oh please ini bukan topeng monyet yang lagi mentas.

Bukannya saya sok pamer atau sok kalau-saya-care. Tapi logika, beginian pake logika sama perasaan juga bisa, ngeliat ibu-ibu dorong mobil sendirian di tengah jalan. Apa sih, ngga usah dipikir juga saya ikut bantuin dorong! Jadi ronde pertama saya sama ibu itu dorong mobilnya. Ngeliat mobilnya ngga maju2 (itu udah sekuat tenaga, serius), barulah ada dua mas2 yang ikut dorong. Dua mas2 ini saya anugerahi medali karena merupakan dua orang pertama yang lolos dari golongan The Apathetic.

Jadilah berempat dorong mobilnya sampai bisa jalan. Dan selama itu, orang-orang di sekitar menjadi penonton setia mulai episode pertama sampai tamat. Padahal orang-orang ini mostly mas-mas dan bapak-bapak. Laki lah ya. Iya sih kemaren baru hari Kartini, yang ngingetin kalo emansipasi wanita is exist. Tapi setidaknya lihat ini sebagai praktek kehidupan. Let's say about social life, bukan gender. Kemana perginya pelajaran PPKn jaman SD dulu, yang ngajarin kalau manusia harus saling tolong menolong.

Anyway, mungkin kejadian semacam itu mengingatkan saya, kalau jadi orang apatis itu ngga enak dilihat, ngga enak didengerin, dan ngga enak diajak bergaul. Ada dua tipe apatis. Apatis sikap dan apatis sifat. Apatis sikap itu masih bisa diperbaiki dengan tindakan. Kalau apatis sifat, lebih susah dihilangkan kalau dia ngga punya niat buat memperbaiki. Sebenernya itu ilmu yang saya karang sendiri sih, hahhaha. Semoga saya, kalian, dan orang-orang diluar sana tidak masuk dalam golongan The Apathetic. Karena ternyata The Apathetic masih se-populer Smash.