Kertas. Kosong. Putih.
Ia tidak pernah mau tergeletak seperti ini. Sebagai bungkus makanan, kotor, kemudian dibuang. Lalu terbang dihalau kendaraan yang lewat. Bukan noda seperti ini yang ia mau. Jelas bukan yang ini. Ia juga ingin tercoreng dengan tinta, yang kemudian menjadikannya bernilai, sebagai kertas. Seperti teman-temannya yang lain, yang menyatu dalam buku. Nasibnya sedang buruk saat itu, sehingga harus tersobek kasar dan terbuang di jalan. Setidaknya untuk saat ini, ia ingin berguna, sebagai apapun lah. Sebelum ia hancur dimakan hujan.
Ia duduk di tepi rel kereta api, menunggu angin menerbangkannya menjauh. Kalau tidak, ia mungkin akan hancur terlindas. Sampai seorang gadis kecil menunduk, memungutnya. Ia bertanya-tanya akan diapakan aku oleh gadis kecil ini. Mengeluarkan pensil yang sudah sangat pendek dari kantong baju lusuhnya, gadis kecil itu menorehkan sesuatu pada Kertas.
"Kenapa banyak orang jahat sama aku"
Tulisannya sangat jelek dan sulit dibaca. Kemudian ia melipat Kertas dan memasukkannya ke kantong. Gadis kecil itu bangkit dan berjalan menyusuri rel. Tidak ada yang menyadari suara kereta api di belakang. Sepersekian detik kemudian, kertas sudah melayang kembali. Tergeletak di samping rel, tertegun memandangi gadis kecil itu yang sudah tidak bernafas lagi.
Dalam diam Kertas berdoa, "Ya Tuhan, jangan turunkan hujan untuk hancurkan aku sekarang. Belum ada yang membaca goresan ini".
Jumat, 30 Desember 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar