Maaf, karena aku sudah merasa mandiri sehingga tak ingin kau kekang. Aku merasa sudah menjadi dewasa. Padahal sampai kapanpun, aku akann menjadi gadis kecilmu. Ayah, aku tidak bisa membayangkan pernikahan. Saat-saat dimana kau melepaskan aku, karena kau merasa aku menemukan pengganti dirimu. Tidak, Ayah. Tidak ada satupun laki-laki yang sepertimu. Menungguku di ruang tamu sampai larut, sementara aku bersenang-senang menonton kembang api diluar. Aku sudah lupa bagaimana masa kecilku, tapi klise-klise ini cukup menggambarkan betapa sayangnya kau padaku. Sekarang aku sudah cukup mengerti mana baik dan mana yang buruk untukmu. Aku sudah tahu apa saja yang membahayakanmu. Sekarang aku tidak lagi menyeduhkan kopi hitam panas ketika kau pulan kerja. Alih-alih segelas susu kedelai hangat. Berkali-kali kuingatkan untuk menjauhi puntungan busuk itu, tapi seolah kau kebal dengan ocehanku. Kusembunyikan, kau beli lagi. Kubuang, beli lagi. Kurendam dengan air, beli lagi. Ayah, jangan merokok lagi.
Maaf untuk lancang melarang apa yang kau sukai.
Aku, mencintaimu :)
Minggu, 19 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar