Siang itu, kalau saja aku tahu itu yang terakhir, tidak akan kuizinkan ketika kamu menyalamiku sambil berkata, "Mbak, pulang dulu". Sorenya, pulangmu itu ternyata benar-benar "pulang".
Masih ada rasa tidak percaya kalau yang dimandikan itu adalah kamu, yang dibalut kain kafan itu adalah kamu, adik yang begitu kuandalkan untuk memimpin teman-temanmu nantinya.
Terekam jelas suaramu yang khas, senyum jahilmu, tanganmu yang kuat, jalanmu yang aneh. Ingat waktu memburu narasumber bersama? Kamu yang sangat disiplin, begitu mencemaskan deadline. Waktu ke elfara berdua, dicurhati berjam-jam sama Mas Adit. Waktu kamu sms, sekedar bosan. Satu-satunya tingkat satu yang berani memanggilku "Mbak Dudul" dan "Anak Mami". Ketika aku bertingkah atau melontarkan lelucon, kamu yang pertama tersenyum sampai matamu sipit. Ndul, adekku, sekarang baru ingat semuanya setelah kamu ngga ada. Semua sifat dan sikapmu sarat dengan keramahan, kesabaran, kedewasaan, dan kesederhanaan. Tidak ada keluhan yang keluar dari mulutmu. Malah kamu yang memintaku sabar ketika aku mengeluh.
Beruntung sekali bisa mengenalmu dek, meskipun sebentar, tapi begitu banyak kesan dan kenangan yang kamu tinggalkan. Tadi sudah kuantarkan kamu pulang dek, kami sudah ikhlas. Tempatmu lebih tenang disana. Doaku mengalir dari sini. Ndul, Dek Rifky, selamat jalan ya. Kamu tidak akan terlupa.
Sabtu, 03 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
jadi inget pas kamu sama aku reweel, rebutan rifky.. hadeeeehh...
BalasHapuspadahal kamu dah ada radit, jiaahhh...
hahahahahahahhahahaaaaaa
apalagi si rizky, dukung banget kalau aku sama rifky,, hahahaha... tapi suka ku ke dia adalah kagum, sebagai seorang adik dia bisa jadi contoh bagi yang tua-tua, kayak aku...
tees,,, air mata ini...
ya itu memalukan sekali rebutan radit, haha
BalasHapus