Aku menatap
punggung wanita separuh baya yang sedang mengepak pakaianku di kamar. Wanita
yang melahirkan dan mengasuhku tanpa dampingan siapapun. Juga wanita yang akan
kutinggalkan untuk merantau di negeri orang. Ya, mau tidak mau aku menjadi
semakin dewasa. Aku sudah bisa mencintai dan dicintai laki-laki. Laki-laki itu,
aku juga akan meninggalkannya. Nanti aku pasti bisa kembali untukmu, tapi tidak
lagi untuk laki-laki itu.
Ibu, aku menempatkan kebahagiaanmu diatas
segalanya. Bahkan diatas bahagiaku sendiri.
Sekarang
saatnya aku membalas semua susah yang kubuat untukmu sejak kecil. Mungkin
seperti ini pun belum cukup. Mengingat bagaimana orang yang tidak bisa kusebut
ayah meninggalkanmu sejak aku lahir. Bahkan ketika seperti ini, aku merasa
sudah sangat mengorbankan kebahagiaanku.
Ibu, besok sebelum aku berangkat, kau akan
menikah. Semoga kau bahagia.
Ibu, semoga
pengorbananku ada artinya untukmu. Dengan tidak mencintai laki-laki itu, aku
akan membahagiakanmu. Dengan meninggalkannya, aku akan melihat ibu hidup dengan
baik. Dengan membuang perasaanku pada putra calon suami ibu, aku akan membuat
ibu menjadi wanita yang paling beruntung.
Ibu, berbahagialah.
0 komentar:
Posting Komentar